Jumat, 17 April 2020

Siapa Pemegang Tongkat Estafet Selanjutnya?

“Di lembaga sebesar ini dengan sumber daya manusia yang tidak terhitung sedikit, masih susah mencari kader yang bisa dipercaya untuk meneruskan tongkat estafet ini”   Perbincangan yang mengisyaratkan keresahan ini sering saya dengar dari para senior yang memikirkan keberlangsungan, eksistensi, dan tujuan suatu organisasi. Generasi penerus atau kader dalam suatu organisasi perlu dipersiapkan dengan matang agar siap menjalankan amanat tongkat estafet.
Berawal dari harapan dan kekhawatiran sehingga ada upaya untuk melakukan sesuatu untuk melakukan perubahan yang positif. Transformasi kapasitas sistem manusia yang berfokus pada penggalian dan pengembangan kelebihan yang ada pada setiap unsur organisasi, terutama sumber daya manusianya akan menjadi penggerak perubahan budaya. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, manusia butuh dihargai (self-esteem) sebelum pada akhirnya dapat secara optimal mengaktualisasikan dirinya (self-actualization). Maka, perubahan budaya kerja akan lebih berhasil apabila menitikberatkan kepada penghargaan dan diskusi ketimbang menyalahkan (maido dalam Bahasa Jawa), doktrinasi atau agitasi. Jika hal ini benar-benar diterapkan, maka regenerasi disebuah institusi tidak akan mengalami keterlambatan.
          Sebenarnya jika dilihat dari akar penyebab masalah, keterlambatan regenerasi suatu institusi tidak hanya dari faktor siapa yang akan diberi tetapi juga yang akan memberikan tongkat estafet itu. Terkadang para pemegang tongkat belum mau meninggalkan zona nyamannya, masih ingin berlama-lama menikmati fasilitas dengan dalih yang seolah-olah penerima tongkat masih kurang layak atau alasan yang lain. Hmmmm…manusiawi juga ya. Tapi disadari atau tidak, tidak ada yang abadi di dunia ini. Tidak luput juga jabatan yang kita duduki atau tongkat yang kita pegang. Jadi, cepat atau lambat regenerasi adalah suatu keharusan yang tidak dapat dihindari lagi demi berputarnya roda organisasi.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan untuk mempersiapkan si penerima tongkat estafet? Berikut adalah opini penulis berdasarkan apa yang ia ketahui tentang Apreciative Inquiry ketika mengikuti pelatihan “Pengembangan Budaya Kerja Positif dan Lingkungan Belajar Kreatif di Sekolah: Appreciative Inquiry untuk Penumbuhkembangan Karakter Siswa”  yang dilatih oleh ibu Weilin Han (14-18 Januari 2020), bahwa penggalian potensi sumber daya manusia bisa dilakukan dengan cara membudayakan hal-hal sebgai berikut: (1) meyakini bahwa setiap individu pasti punya kelebihan dan kita memaksimalkan kelebihan individu yang akan dikader tersebut dengan selalu memberi respon positif seperti apresiasi atau menghargai, memuji, dan memberi masukan sehingga dia akan termotivasi untuk selalu melakukan peningkatan kompetensi untuk mengaktualisasikan dirinya; (2) kurangi atau jika bisa hindari kebiasaan merespon hal negative, misalnya mencibir atau menyalahkan; (3) beri kesempatan untuk berperan aktif menjalankan roda organisasi sesuai kelebihannya sebagai proses pendidikan yang memanusiakan manusia. Sebagai contoh diberikan tantangan sebagai koordinator kegiatan insidental, atau menjadi ketua sub divisi tertentu sesuai kompetensinya atau kelebihannya; (4) lebih menghidupkan suasana kolaborasi daripada kompetisi. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak membandingkan personil satu dengan yang lain melainkan lebih mempertemukan indikator kinerja kunci atau kriteria sukses suatu kegiatan/proses ; dan (5) Hindari penerapan reward and punishment. Budaya ini akan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu karena motivasi ekstrinsik: ingin dipuji, ingin di hargai bukan karena dorongan instrinsik untuk aktualisasi diri dan akan melakukan berbagai cara untuk menghindari konsekuensi yang harus diambil ketika melakukan kesalahan.

Agar pemegang tongkat estafet juga bisa mengemban amanah dengan baik, maka sebagai anggota tim manajemen perlu menjalankan manejemen merdeka dengan mengadaptasi merdeka belajar dengan prinsip: (1) komitmen terhadap tujuan. Ketika diberi tugas, tentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai dalam menjalankan tugas tersebut dan pahami juga tugas pokok dan fungsinya (job description), (2) mandiri terhadap cara. Hal ini bisa dilakukan dengan menyusun perencanaan yang matang berdasarkan analisa, dan (3) reflektif. Refleksi perlu dilakukan secara rutin agarmendapatkan masukan untuk penyempurnaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar