Rabu, 15 April 2020

Tip Top Menstimulasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di Masa Pandemi Corona








Wahyu Ekawati, M.Pd
SMK Negeri 5 Jember

       Pada masa pandemi corona ini, semua orang harus segera menyesuaikan diri dengan melakukan tindakan preventif dengan social distancing untuk menghindari kemungkinan tertular sekaligus memutus rantai penularan virus ini. Betapa guru saat ini dituntut harus bisa mengembangkan pembelajaran sedemikian rupa dengan prinsip bekerja dari rumah dan siswa belajar dari rumah. Tidak sedikit guru yang “mati gaya” dengan hanya sekedar memberikan tugas mengerjakan soal-soal. Namun pertanyaannya adalah apakah siswa bisa belajar dengan mengerjakan soal-soal saja?  Alih-alih siswa bisa belajar, siswa justru merasa bosan atau jenuh dan mengeluh capek. Orang tua siswa pun merasa bingung dan cenderung pasrah anaknya tidak bisa belajar tanpa guru atau sekolah.
Untuk mengatasi hal ini, hendaknya kita mengerti benar apa belajar itu. Belajar berarti proses perubahan tingkah laku, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat yang berlangsung di dalam diri seseorang melalui serangkaian kegiatan berupa latihan atau pengalaman yang merupakan stimulant individu yang dikirim oleh lingkungan. Jika siswa belum mengalami perubahan seperti yang dimaksud diatas, berarti siswa tersebut belum belajar. Sejalan dengan itu, menurut Wahab (1986) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pengajaran, belajar akan bermakna apabila peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya, dapat belajar secara kreatif, peka, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat belajar berdasarkan materi pelajaran yang disusun secara logis.
Dengan memahami apa dan bagaimana belajar, guru akan lebih kreatif mencari cara agar bisa siswa masih bisa belajar dengan tetap tinggal dirumah. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Sehingga gurulah yang berperan utama dalam menciptakan suasana belajar mengajar.
       Guru kreatif akan bisa memastikan siswa mendapatkan personalisasi pengalaman belajar yang bermakna dan menantang dan sesuai dengan kemampuan anak. Dengan memanfaatkan banyaknya informasi yang siswa terima tentang Pandemi Corona baik melalui media elektronik ataupun cetak siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual dan menyenangkan. Misalnya tentang cara bagaimana supaya tetap produktif dirumah, kesadaran masyarakat tentang social distancing di daerah tertentu, protokol ketika berada diluar rumah, dan lain-lain.  Bisa juga melihat dari sisi salah satu media masa dalam menayangkan acara terkait Pandemi Corona yang mungkin dinilai mendidik, memberikan pengetahuan praktis ataupun sebaliknya yang kurang memenuhi persyaratan, dan lain lain. Selain itu guru kreatif juga akan memikirkan kemampuan apa yang bisa siswa capai melalui pembelajaran yang dirancang. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, siswa perlu diberi pengalaman untuk melalui proses mental dengan menganalisis atau mengevaluasi informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, ataupun komunikasi baik secara tulis maupun lisan. Pada akhirnya siswa diminta merefleksikan dan menyimpulkan atau membuat keputusan dengan memberikan alasan yang logis, ide atau gagasan. Hal ini sesuai dengan pengertian berpikir kritis yaitu konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima. Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis (https://id.wikipedia.org/wiki/Berpikir).
                Sebagai gambaran, saat ini siswa bisa menerima informasi tentang pandemic Corona setiap saat melalui berbagai media dengan mudah.  Tentu saja informasi tersebut ada yang sudah baik dan memenuhi harapan atau kriteria tertentu yang selanjutnya dalam hal ini disebut Top. Sebaliknya, ada juga informasi yang belum memenuhi harapan atau kriteria yang dalam hal ini disebut Tip. Makna sebenarnya dari TIP menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah saran, nasihat atau petunjuk praktis dan bermanfaat untuk melakukan sesuatu. Dengan kemampuan analisa sederhana, siswa diminta memberikan saran bagaimana hal tersebut bisa ditingkatkan. Sedangkan Top adalah hal baik atau keberhasilan yang sudah dilakukan, misalnya hal baik (dampak baik) ataupun kekurangan (dampak buruk) yang bisa diamati dari penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Siswa didorong untuk melakukan analisis secara sederhana, mengevaluasi informasi tersebut sehingga bisa mengidentifikasi informasi mana yang tergolong Tip maupun Top berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Selanjutnya siswa juga diminta memberikan saran agar Tip bisa ditindaklanjuti sehingga pada akhirnya menjadi Top. Melalui kegiatan Tip Top Pandemi Corona ini, kemampuan berpikir kritis siswa bisa distimulasi.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar