Kamis, 16 April 2020

TETAP HOTS DI MASA PANDEMI COVID-19


Wahyu Ekawati, M.Pd
Guru SMKN 5 Jember

Dua tahun terakhir ini, sepertinya HOTS sempat menjadi kian panas karena menjadi isu nasional yang sering diperbincangkan di dunia pendidikan. Semua stakeholder pendidikan termasuk guru maupun peserta didik bergerak cepat untuk mengadaptasi hal ini. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan soal ujian baik itu Ujian Nasional maupun soal seleksi ke perguruan tinggi. Namun semenjak ada wacana Ujian Nasional dihapus, isu ini mereda dengan sendirinya. Sebenarnya HOTS (High Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya tentang soal ujian saja, justru dalam setiap proses pembelajaran dikelas hendaknya bertujuan mengembangkan HOTS. Terlebih lagi dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang harus dilakukan ditengah pandemi corona ini, HOTS merupakan pertimbangan utama dalam menentukan tujuan pembelajaran. Jadi pertanyaannya adalah apakah pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik masih tetap HOTS ditengah pandemi corona ini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita ingat kembali apa sebenarnya HOTS tersebut. Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). HOTS bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang, namun kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
HOTS atau Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini dapat dilatihkan dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajaran yang dirancang seharusnya memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan dengan melakukan serangkaian kegiatan. Kegiatan pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Ciri-ciri kegiatan pembelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah mengaktifkan siswa dalam proses: menganalisis, membandingkan, merefleksi, memberikan argumen, menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, mengambil keputusan, dan menciptakan.  
Pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi akan lebih efektif jika kontekstual atau berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam hal ini adalah Discovery Learning, Problem Based Learning, dan Project based Learning. Adapun metode ataupun teknik pembelajaran bisa divariasikan sedemikian rupa sesuai dengan level kemampuan dan lingkungan/kondisi nyata siswa.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa membandingkan pertanyaan terkait isu terkini yaitu pandemi virus corona atau yang disebut dengan COVID-19 (Corona Virus Desease yang muncul mulai tahun 2019 ) yang bisa diterapkan untuk mengarahkan siswa agar pembelajaran menjadi lebih kontekstual. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut mengarah kepada tingkatan kemampuan berpikir mulai dari yang rendah sampai dengan yang tinggi: (1) Sebutkan gejala-gelaja orang yang terkena COVID-19? (C1 Mengetahui);  (2) Jelaskan penyebab seseorang terpapar COVID 19! (C2 memahami); (3) Ceritakan cara pencegahan COVID-19 yang di lingkungan tempat tinggalmu! (C3 Menerapkan); (4) Mengapa wabah COVID-19 sangat cepat menyebar di Indonesia? (C4 Menganalisis); (5) Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani COVID-19 sejauh ini? (C5 Mengevaluasi); dan (6)  Apa yang bisa kamu lakukan terhadap masyarakat disekitarmu dalam upaya membantu pemerintah dalam mengatasi masalah covid ini (C6 Create).
Adapun contoh penerapan sederhana dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah sebagai berikut. Dimasa pandemi corona ini, muncul banyak berita yang bisa diangkat untuk dijadikan bahan pembelajaran autentik. Siswa diminta mencermati pemb eritaan terkait dengan kebijakan pemerintah tentang PSBB (pembatasan Sosial Berskala Besar) dan Lockdown. Pada tahap menganalisa, siswa diminta membedakan kedua kebijakan tersebut, baik dari segi penerapan sampai dengan dampaknya. Selanjutnya siswa diminta menjelaskan kebijakan mana yang pemerintah pilih dan dilengkapi dengan ulasan tentang alasannya. Pada tahap mengevaluasi, siswa diminta menjelaskan efektifitas kebijakan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah juga memberikan saran sebagai solusi pemecahan masalah tersebut. Pada tahap mencipta, siswa diminta membuat program aksi nyata untuk ikut menyukseskan pemerintah dalam menangani pandemi corona ini misalnya dengan membuat poster atau kreatifitas yang lain. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar